Tokoh Yang Lukisannya Selalu Menampilkan Kenyataan Hidup Yang Pahit Adalah

Tokoh Yang Lukisannya Selalu Menampilkan Kenyataan Hidup Yang Pahit Adalah.

“Realisme atau gambar realis sudah dianggap biasa di era beradab ini. Tapi tidak banyak yang tahu, aliran ini menimbulkan bermacam rupa kontroversi di masanya.”

Klik untuk sekaligus membaca adegan yang dicari

  • Pengertian Realisme
  • Ciri ciri lukisan aliran Realisme
  • Sejarah aliran Realisme

    • Perian sebelum Faktualisme
    • Kemunculan & perkembangan Realisme
    • Pengaturan Realisme terhadap masa selanjutnya
  • Contoh pelukis Realisme & gambar lukisannya

    • Ilustrator Realisme mancanegara
    • Pelukis Naturalisme Indonesia
  • Perbedaan Realisme dengan revolusi tak

    • Faktualisme dan Romantisme
    • Realisme dan Realisme
    • Realisme dan Surealisme
  • Referensi

Pengertian

Aliran Faktualisme adalah
suatu peredaran seni yang berusaha menggambarkan objek dengan akurat, detail dan sesuai dengan kenyataan/spirit sehari-perian, sonder menambahkan elemen fiksional dan bentuk ideal.

Pada umumnya Realisme digunakan plong 2 konteks yang berbeda:

  • Introduksi “realisme” (dengan huruf mungil) digunakan secara luas kerjakan mendeskripsikan hal-hal nan mirip dengan tampilan dunia nyata, baik itu lukisan, karya sastra, sandiwara radio teatrikal, terlebih mandu berpikir dalam filsafat. Dalam KBBI, realisme berarti aliran kesenian nan berusaha melukiskan atau menceritakan seperti mana kenyataannya (KBBI, 2016).
  • Kata “Naturalisme” (dengan leter kapital) dipakai untuk menyebut suatu aliran seni lukis dari abad ke-19.

Istilah Realisme majuh dianggap sama Realisme, terutama karena sepadan-sama yakni aliran seni lukis representatif nan menyingkir situasi yang berlainan terbit publikasi.

Tapi kedua gerakan seni tersebut ialah perputaran yang berlainan. Naturalisme ibarat “anak” sirkulasi didirikan cak bagi melepaskan diri dari “induk”nya, yaitu Realisme.

Perbedaan-perbedaan antara Realisme dan Naturalisme akan dijelaskan seterusnya di babak
perbedaan Naturalisme dan Naturalisme.


Ciri Tersendiri

Penjelasan ciiri-ciri Realisme di asal ini akan bertambah mudah dipahami sambil mengaram contoh lukisannya di video ini:

1. Melukis apa nan cak semau di bumi nyata

Naturalisme tumbuh misal penolakan terhadap aliran Romantisme nan caruk menganjurkan adegan mulai sejak imajinasi si pelukis.

Seniman Realisme doang melukis “hal-hal aktual”. Peredaran ini pergi tema yang mengandung keadaan-hal fiksi misalnya mite, visiun, cerita keagamaan, dan imajinasi sang seniman.

2. Bertema rakyat kelas bawah dan realita vitalitas mereka

Rotasi Realisme menjorokkan anggapan tradisional bahwa karya lukis terbatas sekadar menyorongkan adegan nan bersejarah dan dramatis saja.

Bagi seniman Naturalisme, kehidupan sehari-hari adalah sesuatu yang pantas untuk dilukiskan.

Tema lukisan Realisme majuh mengedepankan keseharian petani dan masyarakat kelas pekerja, vitalitas jalanan di kota, serta aktivitas restoran dan hiburan rakyat jelata lainnya.


3. Tidak mendramatisir / mengidealkan subjek lukisan

Artis Naturalisme berusaha menggambarkan “kenyataan objektif”, yaitu kejadian-hal yang memang terserah di mileu sekitarnya.

Bertolak belakang dengan Romantisme, persebaran Realisme menampilkan sisi “enggak” masyarakat, misalnya:

  • Pemandangan kesengsaraan mahajana di abad ke-19
  • Subjek dengan cucu adam yang cemar, kurus alias tua lontok
  • Penggunaan rona nan gelap dan bersahaja

Lukisan Realisme tidak lagi menampilkan corak ideal Romantisme nan dibuat beralaskan imajinasi pelukis.

Adegan yang dramatis dan heroik digantikan makanya pencitraan aktivitas sehari-hari umum kelas. Begitu kembali dengan penggalan yang mengandung sosok bugil diperlihatkan apa adanya.


4. Mengandung wanti-wanti sosial politik

Golongan awam bawah yang muncul di karya Realisme seringkali merupakan “pesan” dari sang seniman.

Kaum pegiat nan kumuh dan berantakan ditampilkan secara syahdu, anggun dan bersahaja. Kerja keras mereka ditunjukkan misal sesuatu yang mulia dan digambarkan senyatanya lukisan historis yang megah.

Selain itu, artis Naturalisme juga sama sekali memperalat pemilihan subjek tersebut bakal mengias kebiasaan-sifat kaum bangsawan di abad ke-19.


Sejarah

Kondisi Sebelum Faktualisme

Penyebab kemunculan aliran Faktualisme dimulai jauh sebelum tahun kelahirannya.

Plong abad ke-17, Raja Perancis Louis XIV mendirikan
Académie Royale de Peinture et de Sculpture
(Akademi Seni Lukis dan Seni Reca Kerajaan). Akademi Kerajaan dibuat dengan tujuan menata penciptaan karya seni di Perancis.

Akademi Seni Lukis dan Seni Patung Kerajaan Perancis
Akademi Seni Lukis dan Seni Arca Kerajaan Perancis

Bermacam rupa aturan yang ditetapkan Akademi menjadi standar dunia seni detik itu. Mulai berpunca tema yang dipilih, teknik yang digunakan, sampai ukuran lukisan nan dibuat.

Artis yang sparing di Akademi Kerajaan mendapat dukungan penuh. Mulai pelatihan seni, disediakan sanggar, karyanya dipamerkan dan diberi pengakuan sebagai artis suci.

Akademi tersebut juga menetapkan tingkatan kerumahtanggaan seni lukis. Berikut ini tingkatannya dari tingkat paling “mulia” ke tingkat biasa:

  • Lukisan historis memiliki derajat paling tinggi,
  • Lukisan potret (pelopor penting) di tingkat berikutnya,
  • Lukisan genre (penggambaran masyarakat biasa, atau orang “tidak penting”) di sekaan tengah,
  • Lukisan panorama (pemandangan alam) pada tingat bawah,
  • Lukisan
    still life
    (lukisan benda antap) menempati tingkat paling rendah.

Hanya pelajar lukis paling hebat di Akademi yang diperbolehkan melakukan lukisan bersejarah.

Tipe karya historis rata-rata membentangkan putaran berskala lautan. Temanya semenjak dari narasi mitologi klasik, Alkitab, karya sastra tenar atau peristiwa penting yang dianggap puncak pencapaian manusia. Sirkulasi Neoklasikisme menjadi corak yang paling diagungkan untuk menggarap lukisan historis.

Perlahan-kapling gaya Neoklasikisme kemudian bergeser ke Romantisme. Peredaran ini menampilkan adegan yang dramatis dan emosional. Subjek yang ditampilkan biasanya eksotik, dengan penggambaran ideal sesuai imajinasi sang seniman.

Corak lukisan nan hanya memunculkan situasi-kejadian model dan mulia ini membuatnya dianggap misal
High Art.

Kemunculan & Urut-urutan Realisme

Seiring dengan kronologi zaman, terjadi berbagai kejadian yang mengakibatkan pergolakan di Perancis:

  • Perancis berulangulang mengalami perubahan drastis dalam kepemimpinan. Monarki yang digulingkan dan diganti oleh rezim republik. Runtuhnya republik, digantikan kembali maka itu monarki yang juga lengser beberapa tahun setelahnya. Perang dan rotasi. Pendudukan militer. Hingga akhirnya pemerintahan republik berbuah mengalir perlahan-lahan pula.
  • Revolusi Industri nan madya terjadi di seluruh Eropa. Perubahan teknologi menyebabkan berkembangnya industrialisasi dan meningkatnya urbanisasi. Di sisi lain, kemajuan ini juga diikuti dengan terjadinya eksploitasi ekonomi pada masyarakat kelas bawah.

Secara singkat, Perancis di akhir abad ke-19 diterpa waktu yang penuh kekacauan, ketidakstabilan dan perubahan sosial yang luas.

Perlu dipahami bahwa di zaman tersebut hanya ada sangat adv minim cara bagi masyarakat untuk mujur pesiaran. Lukisan seringkali digunakan umpama “lubang angin dunia”. Berfungsi menggambarkan apa yang madya terjadi di suatu palagan, alias nikah terjadi di waktu lampau.

Banyak seniman di abad ke-19 menganggap lukisan Neoklasikisme dan Emosional semata-mata “menutup mata” berusul kenyataan di Perancis. Banyak masalah bermunculan di masyarakat dan pemerintahan, tapi arus-rotasi tadi hanya memunculkan hal-situasi nan cantik dan ideal.

Gerakan Realisme kemudian muncul sebagai salah suatu “aksi protes” seniman terhadap situasi tersebut. Artis Realisme mengganti lukisan ideal mulai sejak seni tradisional dengan pembayangan problem-problem riil di masyarakat.

Salon de Peinture tahun 1850
Pameran Seni Lukis Akademi Kerajaan (Salon de Peinture) tahun 1850

Titik tolak Realisme dimulai maka itu
Gustave Courbet
dengan karyanya:

  • Lukisan
    A Burial at Ornans
    (1849-1850)
    nan ditampilkan sreg pameran resmi Akademi Kerajaan periode 1850. Karya ini menandai debut Realisme bak sebuah kampanye seni di mayapada seni Eropa. Para bangsawan dan penikmat seni menilainya bak sebuah impresi karena menayangkan adegan pemakaman di desa, apalagi menggunakan perbandingan lukisan yang tetapi bisa dipakai oleh lukisan historis.
  • Lukisan
    The Stone Breakers
    (1849-1850)

    nan dipamerkan puas tahun yang setara. Courbet menunjukkan permakluman mengenai publik papan bawah yang sedang mengerjakan tiang penghidupan berat dengan upah kecil. Lukisan ini dianggap membawa wanti-wanti Sosialisme karena dinilai membela kaum pekerja.

Faktualisme enggak sekedar menggambarkan objek yang ada di alam nyata, seperti halnya yang dilakukan Naturalisme. Karya Naturalisme berupaya menunjukkan situasi “yang sebenarnya terjadi”, baik itu berbunga segi atma sosial, politik alias kesopansantunan.

Usia sehari-tahun dinilai pantas bagi diperlihatkan sebagai “seni”, bahkan mempunyai bobot nan setara dengan lukisan historis. Pemilihan tema dan visualisasi subjek aliran Realisme dianggap lancang dan suntuk kontroversial di tahun tersebut.

Enggak sepan hanya mematahkan mandu tradisional adapun penyortiran subjek lukisan, gerakan Faktualisme juga “menantang” institusi seni yang ada.

Artis Naturalisme memang konstan membawa karya ke pameran resmi Akademi Kerajaan. Tapi mereka kosen mengadakan pameran objektif bikin “menandingi” institusi tersebut.

Momen lukisan Courbet ditolak makanya pameran seremonial Akademi Kerajaan, engkau mengontrak galeri di sampingnya bikin mengadakan pamerannya sendiri,
Pavillon of Realism.

Beberapa musim kemudian, Akademi mengamalkan kejadian serupa dan menolak banyak lukisan berpangkal berbagai seniman. Gustave Courbet,
Édouard Manet
dan beberapa seniman lainnya kemudian mengadakan
Salons des Refusés
(Pameran Karya yang Ditolak).

Pameran Salon de Refuse tahun 1898
Pameran Karya yang Ditolak (Salon de Refuse) musim 1898

Pameran ini menjadi pembicaraan media konglomerasi dan masyarakat berbondong-bondong datang buat melihatnya.

Serupa dengan Courbet, Manet juga menciptakan lukisan Realisme yang membuat heboh masyarakat Perancis. Misalnya:

  • Lukisan
    Luncheon on the Grass
    (1863).

    Karya ini menampakkan 2 orang bangsawan yang berpiknik di paruh wana bersama 2 cewek bogel. Penggambaran ini menyinggung pengunjung pameran, terutama karena mereka mempunyai kebiasaan berpesiar tersebut. Ditambah lagi, para bangsawan tersebut menengah mengunjungi pameran bersama tanggungan mereka bukan ingin anak istrinya memahami tentang berkelah itu.
  • Lukisan
    Olympia
    (1963).

    Di pameran berikutnya sreg waktu nan selevel, Manet memasang karya yang menampilkan. wanita tuna susila yang telanjang dan budak berjangat hitam. Lukisan ini membuat kritikus seni geram karena dianggap memparodikan karya agung
    Venus of Urbino
    (1538) berpokok ilustrator klasik Titian.
Baca :   Penyebab Indonesia Keluar Dari Keanggotaan Pbb Adalah

Perkembangan di satah percetakan, surat kabar dan media massa membuat seniman Naturalisme mampu berputar mandiri sonder promosi semenjak Akademi Kerajaan.

Lukisan-lukisan Gustave Courbet, Edouard Manet dan pelukis Realisme lainnya dengan sengaja dimaksudkan cak bagi memancing kontroversi. Wahana konglomerasi mempublikasi sensasi tersebut dengan senang lever.

Buku ini membuat sosok-sosok seniman tadi semakin dikenal di awam dan menjadi selebriti di zaman itu.

Walaupun begitu, lain semua seniman Naturalisme memiliki intensi politik yang serupa dengan Courbet. Sebagian hanya menunjukkan wanti-wanti sosial dalam karyanya, sehingga Akademi Kerajaan tidak terlalu mencela lukisan-lukisan mereka.

Jean-François Millet menciptakan 3 karya segara sirkuit Realisme yaitu
The Sower
(1850),
The Gleaners
(1857) dan
The Angelus
(18570-1859). Dia menggambarkan betapa kerasnya spirit petani desa, tapi tanpa memojokkan bangsawan seperti karya-karya Courbet.

Serupa itu pula Rosa Bonheur yang dikenal karena melukiskan adegan-adegan dabat pertanian seperti sapi bajak di
Plowing in the Nivernais
(1848) dan kawanan aswa di
The Horse Fair
(1852-1855).

Seiring berkembangnya Realisme menjadi fenomena besar di Perancis, artis berusul negara-negara tak ikut mengadopsi aliran ini internal karya mereka.

Lukisan The Gross Clinic (1875) karya Thomas Eakins
Lukisan The Gross Clinic (1875) karya Thomas Eakins

Di Amerika, Thomas Eakins menjadi ilustrator Realisme paling tersohor. Lukisan
The Gross Clinic
(1875) menggambarkan dengan tepat detail-detail dalam sebuah operasi medis. Selain itu terdapat pula James Abbot McNeill Whistler dengan lukisan
Whistler’s Mother
(1871) nan pula terkenal di era modern.

Lukisan Three Women in Church (1881) karya Wilhelm Leibl
Lukisan Three Women in Church (1881) karya Wilhelm Leibl

Di Jerman, Pelukis Wilhelm Leibl menirukan undangan Courbet dan menjadi pelukis Realisme utama di negaranya. Ia dikenal berkat lukisan
Three Women in Church
(1881), di mana beliau menyodorkan 3 wanita dari kelas bawah dengan bersahaja.

Lukisan Barge Haulers on the Volga (1870-1873) karya Ilya Evimovich Repin
Lukisan Barge Haulers on the Volga (1870-1873) karya Ilya Evimovich Repin

Temporer di daerah Rusia, pelukis Ilya Repin menjadi nan minimum dikenal. Lukisannya
Barge Haulers on the Volga
(1870-1873) menunjukkan keperkasaan buruh-buruh kerja di sana. Banyak pihak, termasuk novelis tenar Leo Tolstoy, menganggap Repin berbuntut melukiskan nasib orang-orang Rusia lebih baik dari seniman-seniman lainnya.

Sayangnya, aliran Realisme tak mempunyai kerubungan-kelompok seniman seperti halnya Naturalisme. Seniman yang menganut Naturalisme berjumlah banyak tapi bergerak sendiri-sendiri. Perlahan kepopuleran Realisme memudar dan digantikan aliran tidak seperti Impresionisme.

Yuridiksi terhadap Sirkulasi Tidak

Persebaran Faktualisme secara luas dianggap sebagai seni modern yang permulaan, karena:

  • Realisme menolak bervariasi bentuk tradisional dalam seni rupa, sastra dan organisasi sosial. Tradisi-leluri tersebut dianggap tidak sesuai lagi dengan perkembangan zaman di masa Revolusi Pabrik.
  • Realisme menganut harapan modernisme seni, yaitu menemukan kebenaran baru dengan menginvestigasi serta mematahkan kaidah dan kepercayaan tradisional.
  • Seleksi tema vitalitas umum papan bawah adalah perwujudan dari kerinduan
    avant-garde
    lakukan menyatukan seni dan sukma. Pandangan ini kemudian menjadi bawah bermacam-macam definisi berpunca modernisme.

Gustave Courbet dan Edouard Manet sendiri disebut andai artis
avant-garde
mula-mula, karena berusaha mematahkan tradisi dan merevolusi dunia seni.

Gabungan antara karya seni dengan kritik sosial menjadi dasar bagi artis-seniman di masa berikutnya untuk masuk menyuarakan pesan sosial. Tema dan subjek yang dipilih Courbet dan Manet telah memperluas batasan tentang segala yang termasuk dalam seni dan bukan-seni.

Secara teknik lukis, Faktualisme mendorong munculnya revolusi-aliran bukan.

Tata letak lukisan Faktualisme menjadi awalan awal Manet dalam mengembangkan dandan Impresionisme. Sementara penggunaan garis kontur bikin membuat struktur bentuk dan memisahkan warna menjadi inspirasi kerjakan artis Post-Impresionisme (Paul Cezanne) alias seniman
Kubisme
(Pablo Picasso dan Georges Braques).

Berpokok jihat ideologi Realisme diteruskan oleh Sosial Faktualisme puluhan waktu setelahnya. Gerakan seni ini kian menyerupai fenomena budaya daripada propaganda seni. Seniman Sosial Naturalisme menyuarakan pesan sosial di publik, sekaligus berusaha melawan maraknya seni tanwujud yang naik daun di Perancis abad ke-20.


Contoh Buram Realisme dan Pelukisnya

Tidak akan lengkap rasanya jika artikel aliran lukis Realisme tidak menggosipkan lebih n domestik tentang berbagai pelukis Realisme dan karya-karyanya. Di bagian ini kami menjatah pembahasan menjadi seniman Realisme mancanegara dan seniman Realisme Indonesia.

Perupa Realisme Mancanegara

Aliran Realisme lahir dan berkembang di Perancis. Artikel ini akan mengklarifikasi bilang pelukis Perancis yang memegang peranan utama privat kemunculan corak Realisme.

Gustave Courbet


“Painting is the representation of visible forms. The essence of Realism is its negation of the lengkap.”

Gustave Courbet

Foto Pelukis Realisme Gustave Courbet
Foto Gustave Courbet

Gustave Courbet adalah gembong gerendel mulai sejak kemunculan Realisme di abad ke-19.

Courbet lahir di ii kabupaten kecil Ornans yang dikelilingi pemandangan indah. Courbet katai bertunas dengan menyenangi bermacam rupa aktivitas di pedesaan, sebagaimana mandi di sungai dan bermain di padang rumput milik keluarganya.

Kedekatannya dengan sukma desa dan penduduk yang usia di sana mungkin berwibawa saat ia dewasa.

Courbet memegang teguh rasa lain gemar terhadap struktur nan ditetapkan Akademi Kekaisaran di Perancis. Sira menjorokkan corak Klasikisme dan Romantisme nan mengagungkan adegan biru dan teatrikal.

Laksana gantinya, Courbet bersikeras sekadar mau melukiskan apa yang bisa dilihat secara nyata. Lebih lagi sekalipun realita tersebut ternyata buruk rupa dan kotor.

Karya-karya Courbet seringkali mengundang kontroversi buat umum Perancis di abad ke-19. Engkau menantang tradisi seni yang berperan dengan mengutarakan keburukan-masalah sosial n domestik karyanya.

Seniman Realisme ini memilih subjek lukisan yang dianggap vulgar di waktu tersebut. Misalnya rakyat desa, petambak, dan buruknya kondisi kerja orang-orang miskin. Malah subjek “rendahan” itu disajikan dalam nisbah besar yang dikhususkan untuk lukisan historis dan religius.

Sebagai pendukung Republik, lukisan-lukisan Realisme ialah media bakal Courbet untuk mengangkat derajat petambak dan rakyat boncel berpokok tempat asalnya. Prinsip-kaidah tadi membuatnya dikenal andai tokoh nan lukisannya cak acap menampilkan kenyataan umur yang pahit.

Sebagai artis, Courbet menolak untuk mengelepai seutuhnya lega sistem pameran seni yang dijalankan negara. Anda mempelopori munculnya pameran spesifik yang bebas, tapi tetap menguntungkan secara komersial. Pendekatan ini diikuti banyak seniman yang tidak cak hendak pun mengekor kepada resan Akademi Kerajaan.

Walaupun sendiri ilustrator, Courbet dianggap misal inovator karena mendobrak adat istiadat lama. Karya-karyanya nan membuat pernyataan berani dinilai terdepan kerjakan seniman-seniman di tahun berikutnya.

Courbet menganut paham Sosialisme dan aktif berkujut dalam perkembangan politik Perancis. Ia sempat dipenjara karena keterlibatannya dengan Komune Paris, dan balasannya diasingkan di Swiss hingga tutup usia.

Lukisan Realisme The Stone Breakers (1849-1850) karya Gustave Courbet
Lukisan The Stone Breakers (1849-1850) karya Gustave Courbet

Lukisan Realisme
The Stone Breakers
(1849-1850) & Analisisnya

Lukisan
The Stone Breakers
menimbulkan sensasi besar saat pertama mana tahu dipamerkan di Salon (pameran legal Akademi Kerajaan) musim 1850.

Sebagai karya Realisme,
The Stone Breakers
menampilkan adegan arwah sehari-hari: 2 orang petani yang medium berkarya bersangkak batu. Lukisan ini berniat bikin menunjukkan betapa kerasnya pekerjaan yang dijalani rakyat miskin.

Courbet dengan sengaja tidak menyampaikan muka seorangpun n domestik komposisi lukisan. Petani-petani tersebut menyimbolkan “hamba allah biasa” dan ditujukan biar khalayak masyarakat boleh berkaca bermula sosok mereka.

Lukisan ini diinspirasi bermula pemandangan yang dilihat Courbet dalam perjalanannya juga dari Ornans. Ia menyaksikan penanam-pekebun nan sedang bersusah-susah untuk berdahan batu di pinggir kronologi.

The Stone Breakers
dipandang andai mahakarya Courbet yang permulaan. Sayangnya lukisan ini rusak karena peristiwa pengeboman di Dresden oleh Tentara Serikat dagang pada tahun 1945.

Lukisan A Burial at Ornans (1849-1850) karya Gustave Courbet
Lukisan A Burial at Ornans (1849-1850) karya Gustave Courbet


Lukisan
A Burial at Ornans
(1849-1850) & Analisisnya


A Burial at Ornans
adalah salah satu karya paling penting Gustave Courbet. Lukisan ini mendokumentasikan prosesi pekuburan pakcik Courbet yang dihadirinya di waktu 1848.

Dalam lukisan historis, biasanya seniman mencarter paradigma sebagai pemerannya. Tapi Courbet mengatakan mau melukis orang yang sama dengan yang melayat saat prosesi terjadi. Hasilnya ialah penggambaran yang sangat utilitarian berpangkal jiwa di Ornans, dan dari tiap-tiap pengambil inisiatif.

Lukisan
A Burial
mendapat pujian sambil kecaman, baik berpokok kritikus ataupun publik luas, karena mengusik tradisi lama.

Courbet melukis dalam ukuran 3,15 x 6,65 meter bikin
A Burial, hampir 3 kali lipat dibanding ukuran lukisan umumnya.

Ukuran tersebut hanya boleh dipakai untuk melukis tema historis, tentatif Courbet menggunakannya untuk situasi “sehari-masa”.

A Burial
dipandang andai “lukisan biasa” nan ingin masuk ke ranah “lukisan agung”. Mirip seperti anak adam bersepatu kotor nan memaksa masuk ke pesta bangsawan.

Lukisan ini pun dicela karena “cacat sentimentil”. Para tamu lain menampakkan pose teatrikal yang mencerminkan perasaan sedih. Paras subjek-subjeknya terlihat seperti karikatur, bukannya dilukiskan dengan ekspresi sani.

Tapi perlahan masyarakat mulai tertambat dengan pendekatan aliran Realisme. Corak Romantisme yang menayangkan kemewahan, kenikmatan dan fantasi kehilangan popularitasnya.

Courbet menanggapinya dengan mengatakan, “Lukisan Pemakaman di Ornans pada kenyataannya adalah pemakaman kerjakan aliran Romantisme.”

Gustave Courbet kemudian menjadi sosok terkenal. Banyak turunan memujanya sebagai jenius, walaupun sebagian yang lain menyebutnya sebagai “hamba allah tidak modern”.

Tapi Courbet lebih lagi terus mengompori meski awam menganggapnya ibarat penanam yang tidak terpelajar, temporer karya-karya yang dihasilkannya terus menaikkan ketenarannya.

Seumpama seniman Realisme, Courbet sangat aktif dalam jalan kebijakan di Perancis. Pasca- cucu adam-basyar mulai mengenalnya terbit karya-karya Realisme, Courbet membawakan ide-ide demokrasi dan Sosialisme. Wajahnya seringkali dibuat karikatur makanya media konglomerasi Perancis.

Baca :   Bahasa Indonesia Kelas 9 Halaman 138

Edouard Manet


“One must be of one’s time and paint what one sees.”

Edouard Manet

Foto Seniman Aliran Realisme Edouard Manet
Foto Edouard Manet

Edouard Manet adalah salah suatu perupa tadinya yang mengembangkan gerakan seni Realisme di Perancis.

Manet lahir di keluarga inferior atas. Ibunya memiliki garis anak cucu keluarga putra mahkota Swedia, sementara ayahnya adalah koteng wasit di Perancis.

Orangtuanya mengharapkan Manet berkarir di bidang hukum. Tapi Manet bersemi dengan kesukaan terhadap seni. Setelah 2 barangkali gagal n domestik eksamen masuk Angkatan Laut, akhirnya kedahagaan Manet untuk mempelajari seni diperbolehkan maka itu ayahnya.

Dalam berkreasi, Manet ingin memperbaharui dunia lukis dengan memasukkan konten baru ke dalam wadah nan sudah ada.

Ia memiliki sensitivitas hierarki terhadap tradisi historis, tapi digabung dengan sudut pandang baru berpunca Faktualisme. Gabungan kedua hal tersebut dianggap sebagai penyebab beraneka ragam impresi nan unjuk berasal lukisannya.

Berkebalikan dengan karya-karyanya yang mengail kontroversi, Manet berpendapat para pelukis seyogiannya tetap berusaha karyanya boleh dipamerkan di pameran resmi Akademi Kekaisaran.

Tapi saat karyanya tidak diterima di tahun 1867, Manet terpaksa mengadakan pamerannya sendiri. Ibu Manet kacau ia akan membuang-buang harta warisannya, karena acara pameran membutuhkan biaya yang sangat besar.

Pameran Manet detik itu mendapat ulasan buruk berpunca banyak kritikus, tapi usahanya tidaklah sia-sia. Di sana sira berkenalan dengan beberapa pelukis Impresionisme yang berpengaruh di kemudian harinya.

Seniman-seniman Impresionisme bernasib baik inspirasi semenjak Manet lewat teknik
alla prima
di lukisan-lukisannya. Tapi sebaliknya, Manet pula mengadaptasi dandan Impresionisme ke dalam berbagai karya selanjutnya.

Di pertengahan arwah 40, kesehatan Manet berangkat menurun karena penyakit sifilis. Sejak itu dia sekadar mewujudkan lukisan ukuran kecil dan jarang menciptakan karya berukuran besar lagi.

Karya besar terakhirnya adalah
A Bar at the Folies Bergere
(1822) yang berhasil dipamerkan dalam pameran resmi Akademi Kerajaan.

Komplikasi penyakit sakit sabun yang diderita Manet menyebabkan kaki kirinya harus diamputasi pada April 1883. Ia meninggal 11 masa setelahnya dan dikuburkan di Pemakaman Passy, Paris.

Lukisan
Luncheon on the Grass
(1863) dan Keterangannya

Lukisan
Luncheon on the Grass
menjadi pusat pembicaraan dalam pameran Salon des Refusés 1963. Dahulu mudah dibayangkan kenapa kaum bangsawan terkejut saat melihat karya ini.

Manet menampilkan khalayak wanita telanjang nan mustakim, tidak digambarkan dengan jasad ideal. Sang wanita semenjana berinteraksi dengan santai bersama 2 laki-laki berpakaian rapi dan tampak sebagaimana bangsawan.

Pandangan wanita tersebut menatap ke arah pengamat lukisan, seolah Manet menantang langsung batasan estetika dan etika awam.

Komposisi lukisan Realisme ini dianggap terinspirasi dari karya artis Renaisans begitu juga Giorgione dan Raimondi. Tapi pengaruh karya-karya maestro tersebut dipatahkan maka itu Manet menerobos penggunaan sumber cahaya yang tidak natural dan perspektif yang kurang tepat.


Lukisan
Olympia
(1863) dan Keterangannya


Dalam lukisan
Olympia,
Manet menantang kabilah bangsawan dengan realita yang menjadi siasat umum saat itu: prostitusi dari wanita papan bawah dasar.

Karya ini sengaja dibuat provokatif dan kembali Manet berhasil mengejutkan pengamat lukisannya di pameran Salon 1865.

Olympia
mengambil referensi dari
Bintang kejora of Urbino
(1538) karya Sirat dan
Maja Desnuda
(1799-1800) karya Goya. Semua lukisan tersebut timbrung ke n domestik golongan lukisan “boudoir” (menyampaikan kecantikan memberahikan dari tubuh subjek), tapi
Olympia
mengasihkan potret seorang wanita nan bukan sipu menunjukkan tubuhnya.

Kebanyakan pengamat menganggap
Olympia
adalah penggambaran visual berpokok sajak goresan Baudelaire yang berjudul
Les Fleurs du Mal
(1857). Hal ini ditunjukkan terbit molekul di internal lukisan, misalnya meong hitam yang menyimbolkan prostitusi dalam tembang Baudelaire.

Lukisan A Bar at the Folies Bergere (1822) karya Edouard Manet
Lukisan A Bar at the Folies Bergere (1822) karya Edouard Manet



Lukisan
A Bar at the Folies Bergere
(1822) dan Analisisnya



Lukisan
A Kafe at the Folies Bergere
adalah mahakarya terakhir terbit Manet yang kesehatannya mutakadim menurun.

Karya ini mengutarakan cafe nan populer, Folies-Bergere, dengan majemuk pengunjungnya. Suasana yang ramai direfleksikan sreg cermin di pantat bani adam terdepan lukisan. Pantulan tersebut terkelok, Manet melakukannya cak bagi mengkhususkan antara mana yang “nyata” dan “buatan”.

Pelayan wanita yang berada di tengah atak menunjukkan penampilan yang sedih dan lelah. Pandangan matanya meninggalkan pengamat lukisan yang diposisikan sebagai pelanggan restoran dalam adegan ini.

Di atas kenap bar terdapat serangkaian bulan-bulanan
still-life
yang terdiri berpokok botol arak, bunga dan jeruk. Aliansi ini seolah memfaalkan Manet akan menghabiskan 2 tahun terakhirnya dalam hidupnya namun dengan melukis
still-life.

Jean-François Millet


“A peasant I was born, a peasant I will die.”

Jean-Francois Millet

Foto Jean Francois Millet
Foto Jean Francois Millet

Jean-Francois Millet dikenal dengan lukisan-lukisan peladang yang sedang mengerjakan ladang dan konteks keagamaan yang cak semau di intern karya tersebut.

Berbeda dengan seniman-artis ki akbar lainnya, Millet dari mulai sejak batih pekebun yang sederhana. Sira tumbuh sambil bekerja keras menggarap ladang keluarganya. Millet baru mempelajari seni lukis saat berumur 19 tahun.

Kepekaan Millet bak seniman Naturalisme terbentuk pecah masa-masa hidupnya di desa. Ia memilih untuk bukan mengajuk corak lukisan megah nan ditetapkan Akademi Imperium.

Setelah berkeluarga, Millet menetap di negeri Barbizon bikin sejumlah momen. Sira juga senggang dekat dengan seniman-seniman Barbizon School sama dengan Theodore Rousseau.

Tapi selera artistik Millet membuatnya berbeda dengan seniman Barbizon School bukan. Seniman Naturalisme dari Barbizon School berfokus pada lukisan panorama, sementara Millet makin terpengaruh dengan kehidupan publik kelas bawah.

Millet memandang dirinya laksana bagian dari petambak. Engkau menjalani hayat secara sederhana, berkebalikan dengan pengaruh besar yang dimiliki karya-karyanya. Millet seorang koalisi menyibakkan rasa tidak nyaman saat berada di lingkungan awam kelas atas. Karena itulah dia memilih melukis hal yang paling dipahaminya, adalah kehidupan para petani.

Dalam berkarya, Millet menampilkan para penanam privat nuansa yang mulia. Perimbangan lukisan dan tendensi yang dipakai Millet sepatutnya dikhususkan bagi figur historis, tokoh dalam Injil, atau pahlawan mitologi.

Saringan artistik yang dibuat Millet sering membuatnya mendapat bermacam ragam dakwaan. Masyarakat di masa itu sangat bangun terhadap kelas bawah sosial, ditambah lagi iklim garis haluan Perancis  sedang bukan stabil. Banyak pihak menganggap Millet laksana pengikut sirkulasi ketatanegaraan sayap kiri. Tapi lega dasarnya Millet tidak memiliki ketertarikan dengan sepi politik.

Sebaliknya, camar duka tumbuh di keluarga nan sepan religius menciptakan menjadikan karya-karya Millet memiliki akar tunjang religiositas. Banyak lukisan-lukisan ikonik Millet nan menganjurkan skor keimanan misalnya
The Harvesters Resting (Ruth and Boaz),
The Gleaners, dan
The Angelus.

Walaupun mendapat habuan ulasan nan bermacam-macam saat karyanya ditampilkan di pameran resmi Akademi Kerajaan, Millet menjadi tersohor sejauh hari 1860an. Ia bernasib baik proyek mulai sejak banyak pihak, terdaftar bersumber pemerintah.

Masa-masa tua renta Millet dipenuhi dengan kesuksesan keuangan dan kepopuleran. Seniman Naturalisme ini menutup hidup di tahun 1875 setelah kesehatannya menurun beberapa lama.

Lukisan The Gleaners (1857) karya Jean Francois Millet
Lukisan The Gleaners (1857) karya Jean Francois Millet

Lukisan
The Gleaners
(1857) dan Keterangannya

Lukisan
The Gleaners
(1857) yakni keseleo satu lukisan Millet yang paling kecil dikenal.

Di ketika Millet masih kehidupan, Perancis memiliki tradisi yang mengikuti anjuran Bibel adalah merelakan sisa-sisa panenan jerami (disebut
gleaning
dalam Bahasa Inggris) tiduran di tipar. Tahi jerami ini boleh diambil oleh para dara dan anak asuh-momongan miskin untuk dimasak.

Tema nan sangat dekat dengan atma penduduk desa ini sering kali muncul di benak Millet selama 7 waktu kamu bermukim di Barbizon. Millet merasa tema ini kuat karena berbimbing dengan cerita dari Perjamuan Lama.

Lukisan
The Gleaners
dipamerkan dalam Salon 1857 dan membujur banyak serangan. Kritikus menilainya vulgar karena menganjurkan potret kemelaratan rakyat desa dengan valid.

Secara atak, karya Naturalisme ini menunjukkan sebuah petang di mana 3 wanita petani medium mengumpulkan residu berpokok jerami nan sudah dipanen.

Umur mereka yang miskin ditunjukkan melangkahi pakaian yang sederhana, bergairah dan kotor.

Tangan terjulur ke tanah dengan punggung nan terlihat nyeri

Tiap-tiap sosok wanita mengerjakan tugas yang farik. Wanita purwa mencari nanyan jerami, yang kedua mengambil granula jerami, dan yang ketiga mengumpulkan semuanya.

Paras mereka dilukiskan secara lain jelas, menandakan sosok-anak adam bisa berarti siapapun di masyarakat Perancis dan tidak spesifik kepada 1-2 turunan tetapi.

Di latar belakang terdapat dokar penuh jerami, sekumpulan petani lainnya yang menikmati waktu panen meluap, sendiri zamindar nan menunggang kuda, dan desa di kejauhan.

Kontras antara latar depan yang berbayang dan latar pinggul nan terang menggambarkan jarak. Penduduk yang miskin seolah ditinggalkan makanya penduduk lainnya nan makin merenggang.

Provisional laki-laki berkuda yang mengawasi panen menyimbolkan perbedaan kelas sosial dan bangsawan yang tidak perlu kerja garang.

Jerami-jerami yang tertinggal dan berjebai di latar depan, berkilau bagaikan permata di atas tanah.

Penggambaran ini membentuk cucu adam yang melihat lukisan mencatat bukan main berharganya jerami itu cak bagi para wanita tersebut, betapa sedikit yang mereka peroleh, dan betapa rumit penangkisan yang mereka lakukan lakukan sekedar bisa bertahan umur.

Baca :   Perubahan Sosial Merupakan Perubahan Fungsi Kebudayaan Dan

Walaupun penuh dengan kemiskinan, Millet melukiskan wanita-wanita tersebut dengan kehormatan. Mereka menampakkan ketangguhan di tengah kerasnya upaya mereka. Sosok-sosok berbaju sederhana tersebut pun mempunyai tubuh yang kokoh karena terbiasa dengan beratnya karier mereka sehari-musim.

Lukisan The Angelus (1857-1859) karya Jean Francois Millet
Lukisan The Angelus (1857-1859) karya Jean Francois Millet

Lukisan
The Angelus
(1857-1859) dan Keterangannya

Lukisan
The Angelus
membentangkan 2 orang petani ubi belanda dengan kepala menunduk.

Sang pria memegang topinya, dengan sebuah tercocok terukir di kapling. Si wanita menunggalkan tangannya untuk berdoa. Di belakang mereka terwalak gerobak dengan karung hasil panenan kentang. Sebuah keranjang berisi kentang terletak di antara laki-laki dan wanita itu, dengan ubi benggala-ubi belanda lain yang masih tiduran di sekeliling mereka. Langit menampakkan mentari berangkat tenggelam, dan di kejauhan tertumbuk pandangan menara gereja di desa.

Pada desa Katolik Roma di zaman Millet, gereja akan membunyikan loncengnya di penghujung hari. Warga desa nan mendengarnya akan menghentikan pekerjaan dan memanjatkan doa Angelus.

Walaupun punya kondisi yang primitif, perilaku adam dan wanita dalam lukisan tersebut menampakkan ketaatan. Baju yang primitif dan pundak nan melengkung menunjukkan pegangan sehari-perian mereka nan berat, tapi sosok mereka yang berdoa membentangkan kesungguhan dan ketampanan.

Secara komposisi,
The Angelus
diciptakan dengan dimensi yang biasa dipakai Millet. Subjek terdahulu diletakkan di latar depan, elemen penyokong gemuk jauh di belakang, dan dempet tidak suka-suka nan berada di antaranya.

Atak tersebut serupa dengan metode nan dipakai dalam karya Renaisans hak Leonardo Da Vinci dan Raphael. Tapi Millet melepaskan karyanya dengan menatanya secara horizontal seperti sebuah panggung berisi aktor. Ini yakni teknik dari sirkulasi Neoklasikisme.

Subjek petani kentang dalam
The Angelus
sudah pernah dibuat oleh Millet sebelumnya, yakni kerumahtanggaan lukisan
The Potato Harvest
(1855).

Ia mengulang subjek itu karena lukisan ini sebenarnya adalah titipan seorang musafir seni dari Boston. Millet menambahkan gambar katedral di kejauhan dan mengubah kepala karangan lukisan setelah sang pedagang gagal membayarnya.

Walaupun menjadi lukisan Millet yang minimal terkenal di kemudian hari,
The Angelus
pada awalnya enggak mendapat habuan tentangan suam.

Pertama kali dipamerkan pada tahun 1865, karya ini beberapa barangkali berganti pemilik tapi tidak mengalami peningkatan harga nan berjasa.

Sebagian orang menganggap penyuka karya ini membelinya semata-mata karena bersimpati pada Millet.

Seputar 10 tahun setelah kematian Millet, barulah harga
The Angelus
meningkat ekstrem. Penyebabnya yaitu pemerintah Amerika dan Perancis beradu penawaran privat lelang karya seni.

Beberapa waktu kemudian karya ini terjual setakat 800.000 Franc (sekitar 12,5 milyar Rupiah).

Ketimpangan antara skor lukisan Millet dengan miskinnya nasab berpunca Millet adalah keseleo satu galakan lahirnya aturan
droid de suite.

Aturan ini menyatakan ketika sebuah karya seni terjual, maka nasab dari sang seniman akan mendapat adegan dari hasil penjualan.

Tokoh Seni Lukis Naturalisme Indonesia

Karena satu dan tidak hal, umumnya artis klasik Indonesia menganut sirkuit Romantisme dan Naturalisme. Tidak banyak seniman Indonesia yang bercorak Realisme, tapi artikel ini akan memaparkan salah satu pelukis Naturalisme yang minimum dikenal di negara ini.

Dullah

Foto Seniman Realisme Indonesia Dullah
Foto Artis Realisme Indonesia Dullah

Dullah yakni riuk suatu pelopor persebaran Realisme di Indonesia, sekaligus pelukis historis di negara ini.

Dullah lahir laksana anak sulung di keluarga pengrajin batik. Ia permulaan kali membiasakan melukis pada umur 16 terbit S. Sudjojono dan Affandi.

Pada ketika ibukota Indonesia dipindah ke Yogyakarta, Dullah mendirikan kerubungan Seniman Indonesia Moeda (SIM) bersama Sudjojono.

Gerombolan ini diserahi tugas mendokumentasikan penangkisan pemukim Yogyakarta semasa Perang Kemandirian dalam bentuk lukisan.

Lukisan Persiapan Gerilja (1949) karya Dullah
Lukisan Anju Gerilja (1949) karya Dullah

Lewat kanvas, Dullah menampilkan bermacam rupa peristiwa bersejarah dan kejadian memilukan dari tahun sebelum Indonesia merdeka. Lukisan
Persiapan Gerilja
hingga masa ini masih dipajang di Istana Kepresidenan Bogor.

Bernasib baik lukisan-lukisan tentangan gerilya Perang Kemerdekaan Indonesia, nama Dullah start dikenal. Ia pun berbahagia sebutan “Ilustrator Sirkuit”.

Setelah masa independensi Indonesia, Dullah menorehkan heterogen pencapaian osean:

  • Dullah dan rekan-rekannya dari Afiliasi Ilustrator Muda diberi tangan kanan dari pemerintahan Indonesia yang bau kencur cuma berdiri. Mereka ditugasi
    menciptakan plakat, lukisan dinding, dan susuk-bagan akan halnya balasan kemerdekaan Indonesia kerjakan menjaga semangat revolusi tunak membara di umum.
  • Plong masa 1950, Presiden Soekarno, menunjuk Dullah laksana
    pelukis Istana Kepresidenan.
    Sepanjang 10 perian Dullah menjalankan tanggung jawab tersebut, ditambah lagi tugas
    mengkurasi seni rupa Keraton Kepresidenan
    dan
    merawat Bendera Merah Nirmala pertama kepunyaan negara.
  • Dullah lagi ditugasi
    menyunting bentuk Garuda Pancasila.
    Fon negara Indonesia rancangan Sunan Hamid III tersebut pada awalnya bertubuh manusia. Dullah mengubahnya menjadi bentuk burung yang dikenal penduduk Indonesia sekarang, berdasarkan arahan Presiden Soekarno.
  • Dullah
    menyusun siasat
    Lukisan-lukisan dan Patung-patung Koleksi Kepala negara Soekarno


    nan menjadi acuan untuk karya-karya seni bersejarah di Indonesia. Dari 4 jilid gerendel tersebut, Dullah mengerjakan 2 jilid mula-mula. “Buku-sosi itu merupakan salinan tertulis pertama adapun seni rupa Indonesia,” kata Dullah.
  • Tidak hanya menjadi pelukis istana kekaisaran, Dullah juga adalah
    pelukis pribadi sekaligus juru foto bagi Presiden Soekarno.

Sesudah masa pengabdiannya di Puri Negara, Dullah menetap di Bali lakukan mengajar seniman-artis Indonesia yang kian taruna. Di masa tuanya, Dullah kembali ke kota asalnya, Surakarta, sebelum karenanya meninggal di Yogyakarta.

Sebagai seniman, Dullah dulu konstan. Ia konstan mempertahankan corak Realisme dalam karyanya, meskipun banyak seniman menganggap sirkuit ini sudah ketinggalan zaman.

Realisme sudah ditinggalkan oleh biasanya seniman Eropa lebih berpangkal 100 waktu nan sangat. Provisional di Indonesia, Naturalisme dianggap tidak lagi sesuai zaman semenjak 40 perian nan lalu.

Tapi Dullah mempercayai bahwa corak lukisan bergerak begitu juga halnya lingkaran kehidupan. Tren seni akan berputar sekali lagi ke titik asalnya.


Perbedaan dengan Persebaran Seni Lukis Lainnya

Sifat-resan aliran Naturalisme sudah sepan jelas diterangkan dalam putaran Sejarah Realisme. Tapi untuk memperluas pembahasan, bagian ini akan membandingkan Realisme dengan rotasi lainnya.

Realisme dan Romantisme

Perbedaan lukisan Realisme dan Romantisme
Perbedaan lukisan Realisme dan Romantisme

1. Naturalisme bertema publikasi yang menengah terjadi di periode tersebut, sementara Romantisme bertema adegan historis atau fiksi.

Seniman Faktualisme menjeput inspirasi dari apa yang terjadi di masyarakat. Pelukis Romantisme memilih subjek karya dari mitologi, cerita Bibel, atau dramatisasi adegan bersejarah.

2. Realisme mengomentari fenomena sosial politik, darurat Romantisme tidak.

Lukisan Faktualisme berangkat berusul permasalahan di umum, misalnya petani nan bekerja keras dengan upahnya minim. Keburukan-masalah “mayapada nyata” tersebut berusaha disampaikan kepada golongan masyarakat lain untuk dilihat. Sementara karya Romantisme lain pergaulan mengangkat masalah “rakyat protokoler”. Adegan privat Romantisme didramatisasi buat menanamkan pesan moral seperti heroisme dan patriotisme. Karena itulah berbagai seniman mural zaman Renaissance memilih Romantisme untuk ditampilkan melewati
teknik lukis tembok.

3. Realisme menunjukkan subjek secara jujur, sementara Romantisme menafsirkan subjek menjadi bentuk ideal.

Seniman Naturalisme mencitrakan mahajana kelas asal sebagaimana mereka terlihat: bermeduk, letih, kurus dan berantakan. Provisional pelukis Romantisme menampilkan subjek lukisannya laksana pria yang bagak dan wanita yang resik rupawan.

Realisme dan Naturalisme

Proporsi antara kedua aliran ini dapat dibaca di pembahasan khusus kami mengenai
Faktualisme dan Realisme.

Naturalisme dan Surealisme

Perbedaan Lukisan Aliran Realisme dan Surealisme
Perbedaan Lukisan Rotasi Naturalisme dan Surealisme

1. Realisme menggambarkan hal yang “nyata”, sementara Surealisme mencitrakan hal di asing pengetahuan.

Seniman Naturalisme melihat barang apa nan terjadi di sekitarnya dan menyampaikan realita tersebut apa adanya. Senirupawan Surealisme berusaha menyampaikan realita vitalitas melalui tampilan nan mistis dan aneh, seolah ingin menarik pengamat lukisannya masuk ke mayapada enggak.

2. Realisme bersumber bermula marcapada nyata, sementara Surealisme bersumber dari diri pelukisnya.

Lukisan Realisme menganjurkan khalayak dan hal yang memang suka-suka di masa tersebut (mualamat independen). Sebaliknya karya Surealisme mengekspresikan filosofi dan perasaan sang seniman berdasarkan teori asal sadar berasal psikoanalisis Sigmund Freud. Pelukis Surealisme mempercayai interpretasi impi dan mengeksplorasi tesmak-sudut gelap perasaan dahulu lukisannya.

3. Faktualisme bersifat sosial, provisional Surealisme bersifat personal.

Lukisan Realisme bertujuan memunculkan pesan sosial atau mengomentari fenomena yang ada di masyarakat. Karya Surealisme bertujuan mengaktifkan pikiran bawah sadar manusia dengan memperalat rencana/lukisan.


Deduksi Singkat

Realisme berangkat dari situasi negara nan penuh kobaran. Kondisi tersebut membuat para artis merasa perlu masuk andil.

Seniman Realisme menyanyikan masalah-keburukan di masyarakat melalui karyanya. Situasi tersebut lahir ke marcapada bukan tanpa pertentangan. Aristokrat dan kerajaan yang merasa terusik seringkali mengkritik karya-karya Realisme seumpama vulgar dan “bukan berseni”.

Tapi anggapan-anggapan negatif pun tak boleh mematahkan pergerakan seni yang jadinya terjadwal sebagai salah satu aliran seni penting internal rekaman dunia.


Wacana

The Art Story Contributors. 2015. “Realism”.
https://www.theartstory.org/movement/realism/. Diakses terlepas 1 Desember 2021.

The Metropolitan Museum of Art. 2011. “Gustave Courbet”.
http://www.metmuseum.org/exhibitions/listings/2008/gustave-courbet. Diakses tanggal 2 Desember 2021.

Humas. 2019. Sekretariat Kabinet Republik Indonesia.
https://setkab.go.id/lukisan-persiapan-gerilya-dan-pemandangan-di-kaliurang/. Diakses copot 2 Desember 2021.

Tokoh Yang Lukisannya Selalu Menampilkan Kenyataan Hidup Yang Pahit Adalah

Source: https://gizigo.id/kerajinan/realisme/

Check Also

Hukum Menggunakan Hadits Sebagai Landasan Hukum Adalah

Hukum Menggunakan Hadits Sebagai Landasan Hukum Adalah. Penjelasan Mula-mula : Definisi As-sahwu dan as-sahwatu secara …