Sultan Ternate Yang Berhasil Mengusir Portugis Dari Maluku Adalah.
Baabullah | |||||
---|---|---|---|---|---|
Raja Ternate ke-24 | |||||
![]() |
|||||
Sultan Ternate | |||||
Berkuasa | 1570–1583 | ||||
Pendahulu | Khairun Jamil | ||||
Penerus | Said Barakati | ||||
Lahir | (1528-02-10)10 Februari 1528 (?) | ||||
Wafat | Juli 1583 | ||||
|
|||||
Ayah | Khairun Jamil | ||||
Ibu | Boki Tanjung | ||||
Agama | Selam |
Emir Baabullah
(10 Februari 1528 (?) – Juli 1583) atau
Babullah, pula dikenali umpama
Baab
atau
Babu
dalam sumber Eropa, merupakan kaisar ke-7 dan penguasa ke-24 Sultanat Ternate di maluku utara yang memerintah antara periode 1570 dan 1583. Engkau dianggap perumpamaan Sultan teragung dalam sejarah Ternate dan Maluku karena keberhasilannya membubarkan kolonialis Portugis berasal Ternate dan membawa sultanat tersebut kepada puncak kejayaannya di intiha abad ke-16. Sultan Baabullah juga dikenali dengan gelar “Penguasa 72 Pulau”, berdasarkan wilayah kekuasaannya di Indonesia timur, nan mencengap sebagian besar Kepulauan Maluku, Sangihe dan sebagian dari Sulawesi. Pengaruh Ternate pada masa kepemimpinannya tambahan pula kreatif menjangkau Solor (Lamaholot), Bima (Sumbawa episode timur), Mindanao, dan Raja Ampat.[1]
Peran Maluku privat jaringan niaga Asia meningkat secara signifikan karena ekspor impor adil hasil rempah dan hutan Maluku pada masa pemerintahannya.[2]
Kehidupan mulanya
[sunting
|
sunting sumber]
Masa remaja
[sunting
|
sunting perigi]
Menurut tradisi, Baabullah dilahirkan pada 10 Februari 1528. Kendati sedemikian itu, terlepas ini mungkin sesak awal, karena ayahnya, Sultan Khairun Jamil (memerintah 1535–1570), lahir sreg sekitar musim 1522 menurut catatan Portugis.[3]
Kaicili
(pangeran) Baab merupakan putra tertua, ataupun sedikitnya keseleo suatu yang tertua, bersumber Aji Khairun dan permaisurinya Boki Tanjung,[4]
cewek Pangeran Alauddin I dari Bacan.[5]
Menurut satu catatan hikayat yang disusun jauh di kemudian hari oleh notulis Ternate Naidah, Baab pula yaitu anak angkat berpunca Sultan Bacan.[6]
Tak banyak yang diketahui mengenai waktu kecilnya, kecuali bahwa ayahnya memberikan pendidikan dalam hal-hal keagamaan; anda diajari kerjakan “berdakwah kepada mahajana”, yang ditafsirkan sebagai merek bahwa ia n kepunyaan pengumuman yang menyeluruh adapun al-Qur’an.[7]
Kaicili
Baab dan tali pusar-saudaranya peluang mendapatkan pemahaman ilmu agama dari dai dan ilmu peperangan dari ahli militer.[8]
Sejak kerdil, ia menemani ayahnya kemana-mana, termasuk ketika sang baginda diasingkan kerjakan sementara ke Goa pada tahun 1545 sebatas 1546.[9]
Beranjak dewasa, anda membantu ayahnya menjalankan pemerintahan kesultanan, dan ikut menandatangani surat perjanjian vasalisasi Ternate kepada Portugis pada tahun 1560—surat Indonesia tertua dengan label kesultanan yang masih bertahan.[10]
Sumber-sumur Portugis semasa mengenali Baab perumpamaan calon pewaris takhta (herdeiro do reino) Ternate, sungguhpun terserah pun sumber lain yang menyebut bahwa dia memiliki suatu ataupun dua saudara dengan klaim takhta yang bertambah kuat.[11]
[12]
Jalinan Ternate-Portugis
[sunting
|
sunting mata air]
Ternate nan merupakan pusat terdahulu perdagangan cengkeh punya dependensi erat pada Portugis sejak mereka mendirikan pertahanan di sana pada perian 1522.[13]
Pada awalnya, elit Ternate menganggap bahwa Portugis yang memegang kuasa atas pelabuhan persinggahan di Melaka serta memiliki persenjataan yang relatif makin ulung dapat dijadikan ibarat kongsi yang berarti. Tetapi, setelah beberapa waktu, perilaku para serdadu Portugis nan tidak disukai umum setempat memicu penolakan. Jalinan antara Sultan Khairun dan pemimpin kapal-nakhoda Portugis bukan begitu mulus, walaupun mereka tetap membantunya mengalahkan kawasan-negeri enggak di Maluku, sebagaimana Kesultanan Tidore dan Jailolo.[14]
[15]
Konflik antara Ternate dan Portugis pecah lega tahun 1560-an, ketika Mukmin di Ambon meminta bantuan berusul Sultan kerjakan mencegah orang-orang Eropa yang mencoba mengkristenkan daerah tersebut. Sultan Khairun pun mengirimkan sebuah angkatan di bawah pimpinan
Kaicili
Baab cak bagi mengepung desa Masehi Nusaniwi pada hari 1563. Namun, pengepungan ini dibatalkan setelah tiga kapal Portugis datang.[16]
Selama bilang waktu setelah tahun 1564, orang-orang Portugis terpaksa meninggalkan Ambon secara keseluruhan, walaupun mereka kembali menetap di sana pada musim 1569.[17]
Baab kembali ikut andil dalam sebuah ekspedisi ke bagian paksina Sulawesi sreg 1563 bakal membawa kewedanan tersebut ke privat kuasa kesultanan arahan ayahnya. Petinggi Portugis mengetahui bahwa penaklukan semacam ini akan diikuti dengan penyebaran agama Islam yang boleh menggoyahkan posisi mereka di Nusantara, sehingga mereka pula berusaha mendahuluinya dengan usaha pengkristenan penduduk Manado, Pulau Siau, Kaidipang, dan Toli-Toli, antara tidak.[18]
Lukisan legiun pribumi terbit Maluku dalam Kodeks Boxer, akhir abad ke-16
Terlepas berusul segala perselisihan ini, hubungan Ternate-Portugis tidak sepenuhnya kemungkus. Detik Gonçalo Pereira mengirimkan sebuah ekspedisi ke Filipina pada tahun 1569, misalnya, penguasa Tidore, Bacan dan Ternate diminta cak bagi ikut menyertai. Berbunga Ternate,
Kaicili
Baab mengusung armada dengan lima belas
kora-kora
(arombai bercadik samudra). Namun, karena Ternate tidak semacam itu tertarik sreg ekspedisi ini, Baab membelokkan armadanya di perdua perjalanan lakukan menuju Selat Melaka dan melakukan persuasi bajak laut di sana. Sungkap berpunca desersinya, engkau konsisten kekurangan sekitar 300 orang dalam pertualangan ini. Ekspedisi Portugis pun berakhir dengan kegagalan, nan mengendap-endap disyukuri oleh Sultan Khairun.[19]
Meski sedemikian itu, Baab tetap merasa lain senang ayahnya terlalu ramah dengan turunan-orang Eropa.[20]
Kematian Sultan Khairun
[sunting
|
sunting sumur]
Selepas perselisihan mengenai kepemilikan Pulau Ambon, Khairun semakin meningkatkan arti Ternate masa demi tahun. Perkembangan ini membuat majikan-pemimpin Portugis pening. Wilayah supremsi Portugis di Halmahera diserang oleh pasukan-pasukannya. Sebagai penguasa kolek laut, Khairun pun boleh menghentikan pengiriman suplai bahan pangan nan vital dari Moro di Halmahera ke pemukiman Portugis di Ternate.[21]
Pada hari 1570 Kapten Diogo Lopes de Mesquita (1566-1570) secara absah melakukan pengharmonisan dengan si Sultan, doang hal ini tidak menurunkan ketegangan antar kedua pihak.[22]
Lopes de Mesquita mengundang Khairun ke kediamannya di São João Baptista (Benteng Kastela) plong tanggal 25 Februari 1570 buat sebuah jamuan, dengan dalih bahwa ia hendak mengajak sang syah mendiskusikan keburukan serius. Khairun menyanggupi undangan ini dan datang sendiri ke dalam pertahanan, sebab juru foto tidak diperbolehkan ikut. Martim Afonso Pimentel, keponakan sang kapten, diperintahkan bakal berjaga di sebelah n domestik gerbang. Begitu Khairun hendak beranjak keluar, Pimentel menikamnya dengan belati hingga si sultan gugur.[23]
Masa pemerintahan
[sunting
|
sunting sumber]
Kenaikan takhta
[sunting
|
sunting sumber]
Kematian Sultan Khairun memicu kemurkaan orang-manusia Ternate serta raja-paduka tuan Maluku lainnya. Dewan diraja Ternate, yang didukung oleh para
kaicili
dan
sangaji
(penguasa daerah), mengadakan musyawarah di Pulau Hiri dan menargetkan
Kaicili
Baab andai Syah Ternate berikutnya, dengan gelar
Sultan Baabullah Datu Syah. Menurut satu riwayat yang tercatat di kemudian hari, pada persuaan itu mereka bertaki: “Apa yang mesti kita segani mulai sejak Portugis jika kita menyadari kekuatan kita sendiri? Segala yang mesti kita takuti, apa nan dapat membuat kita putus asa? Bangsa Portugis memuliakan individu yang merompak paling banyak, dan yang bergelimang kejahatan serta dosa-dosa besar … Negeri kita adalah tanggungan kita, dan semacam itu pun proteksi akan ibu bapak, istri, momongan-anak dan independensi kita.”[24]
Baginda bermaksud bagi berperang demi menegakkan juga agama Islam di Maluku, membawa Kesultanan Ternate menjadi kekuatan utama, dan mengusir orang-basyar Portugis pecah negerinya.[25]
[26]
Tak lama setelah penobatannya, Prabu Baabullah menyumpahkan permusuhan nan tak dapat kembali didamaikan kepada orang-orang Portugis di seluruh wilayah kekuasaannya.[27]
Buat menguatkan posisinya, Baabullah menikahi saudari Sultan Gapi Baguna dari Tidore.[28]
[5]
Beberapa raja Maluku lainnya menyisihkan sepemakan silang sengketa mereka dan menyatu di pangkal tentara Baabullah dan bendera Ternate. Serupa itu sekali lagi bilang penguasa wilayah di sekitar Maluku. Baabullah juga didukung oleh beberapa panglima yang cakap dalam perbantahan, begitu juga Aji Jailolo, penguasa Sula Kapita Kapalaya, dan juga panglima laut Ambon Kapita Rubohongi beserta anaknya Kapita Kalasinka.[29]
Pengenyahan Portugis
[sunting
|
sunting sumber]
Pelukisan periode 1601 untuk
kora-kora
nan digunakan oleh penguasa Ternate
Sebagai tangkisan atas pembantaian Khairun, Baabullah lamar semoga Lopes de Mesquita dibawa ke hadapannya untuk diadili. Benteng-benteng Portugis di Ternate, yaitu Tolucco, Santa Lucia, dan Santo Pedro jatuh dalam waktu singkat, menyisakan São João Baptista (kediaman Mesquita) sebagai kubu terakhir. Di asal komando Baabullah, tentara Ternate mengepung São João Baptista dan mengakhirkan interelasi pertahanan tersebut dengan mayapada asing; suplai alat pencernaan berpokok luar bukan diperbolehkan masuk kecuali sejumlah katai sagu yang hampir-hampir tidak bisa membantu penduduk benteng bertahan jiwa. Walaupun begitu, pasukan Ternate kadang-kadang memperbolehkan pertemuan antara penghuni pertahanan yang dikepung dengan mahajana pulau lainnya—sebab banyak penduduk asli Ternate kala itu yang punya hubungan kekerabatan dengan Portugis menerobos pernikahan. Kerumahtanggaan kondisi terdesak seperti mana ini, basyar-individu Portugis menyanggang Alvaro de Ataide sebagai kapten baru mereka menggantikan Lopes de Mesquita. Namun, perubahan kepemimpinan ini tidak menggoyahkan niat Baabullah bagi mengusir orang-insan Eropa.[30]
Selagi pengepungan tersebut berlangsung, pasukannya memperhatikan wilayah-daerah nan menjadi trik misi Yesuit di Halmahera, dan mengerasi penguasa Bacan yang sudah dibaptis bakal beralih kembali ke Selam pada sekitar tahun 1571.[26]
Sreg tahun 1571 sebuah armada Ternate dengan heksa-
kora-kora
besar di asal arahan Kapita Kalasinka menyerbu Ambon.[31]
Armada Ternate juga berhasil menaklukkan wilayah Hoamoal (di Seram), Ambelau, Manipa, Kelang dan Boano. Tentara Portugis yang dikomandoi Sancho de Vasconcellos berusaha dengan susah payah bikin mempertahankan kubu-benteng mereka, dan kehilangan kuasa mereka di laut atas perdagangan cengkeh.[32]
Dengan sambung tangan pemukim setempat yang telah masuk Kristen, Vasconcellos sempat berbuntut menangkal serangan Ternate di Pulau Buru sepanjang beberapa waktu,[33]
akan tetapi wilayah tersebut jebluk ke Ternate tak lama setelah serangan baru dilancarkan di bawah pimpinan Kapita Rubohongi.[34]
[35]
Sreg tahun 1575 sebagian besar kapling Portugis di Maluku telah diambil alih oleh Ternate, dan suku-suku serta provinsi-negeri yang mendukung Portugis telah sungguh-sungguh tersudut. Hanya São João Baptista saja yang masih dalam pengepungan. Selama lima masa sebelumnya orang Portugis beserta keluarga mereka mengalami kesulitan hayat di kerumahtanggaan baluwarti nan patah dari dunia luar tersebut. Sultan Baabullah menuntut agar orang-manusia Portugis di n domestik pertahanan segera menyerahkan diri untuk memencilkan Ternate, dan berjanji akan memberikan kapal serta suplai mudah-mudahan mereka dapat menyentuh Ambon. Padahal penduduk benteng yang berasal terbit Ternate diperbolehkan tinggal selama mereka memufakati pemerintahan kesultanan. Kapten Nuno Pereira de Lacerda memufakati persyaratan tersebut.[36]
[37]
Maka, cucu adam-orang Portugis pun menyerah dan pergi pergi Ternate tak lama kemudian. Baginda Baabullah menjabat janjinya dan tidak cak semau satu sekali lagi dari mereka yang dilukai. Ia menyatakan bahwa khalayak-orang Portugis konstan bisa berziarah bagaikan pedagang dan harga cengkeh untuk mereka tidak akan berubah. Sebuah kapal pecah Melaka nomplok mengundang lebihlebihan sosok Portugis di Ternate dan membawa mereka berlayar menuju Ambon.[38]
[37]
Sebagian mulai sejak mereka melanjutkan perjalanan ke Melaka tentatif yang lain pergi condong Solor dan Timor bikin berpartisipasi kerumahtanggaan perbisnisan kusen cendana.[39]
Baabullah menahan beberapa kecil orang Portugis di dalam pertahanan dan plonco mengikhlaskan mereka pergi setelah mereka yang terbabit dalam genosida Khairun dihukum.[37]
Lawatan Francis Drake
[sunting
|
sunting sendang]
Pertemuan antara Francis Drake dan Baabullah puas hari 1579
Sang tuanku akhirnya datang berpokok pertahanan, bersama 8 atau 10 khalayak anggota dewan yang menyertainya, dalam naungan payung yang sangat rani (dengan paesan bersepuh emas di tengahnya), dan dipagari dengan 12 ganjur yang matanya diarahkan ke bawah: sosok-orang kita (yang disertai oleh Moro, saudara Kanjeng sultan) bangkit kerjakan menemuinya, dan dia dengan lampau ramah menyambut dan berbasa-basi dengan mereka.
Seperti yang telah kami gambarkan sebelumnya, ia bersuara lirih, bicaranya halus, dengan keanggunan sikap seorang yang dipertuan, dan berkebangsaan Moor. Pakaiannya mengikut tendensi penduduk negerinya, tetapi jauh bertambah mewah, sebagaimana dituntut maka itu keberadaan dan statusnya; dari pinggang ke tanah beliau mengenakan kain bersulam emas yang mewah; betisnya dibiarkan tersingkap, belaka tapak kakinya tertutup sepatu dari kulit berwarna merah; riasan kepalanya bertatahkan berbagai ring berlapis emas, selebar suatu alias suatu setengah inci, yang membuatnya indah dan agung dipandang, mirip seperti mahkota; di lehernya ia mengalungkan kalung kalung dari kencana sejati yang mata rantainya besar sekali dan satu ikatan rangkap; di tangan kirinya terdapat Intan, batu Zamrud, batu merah Delima dan batu Pirus, 4 godaan permata yang suntuk mulia dan arketipe; di tangan kanannya; pada satu ring terdapat satu batu Pirus besar dan arketipe, dan plong cincin lain terwalak banyak Intan berukuran lebih kerdil, yang ditatahkan dengan terlampau indah.
—
The World Encompassed by Sir Francis Drake, hlm. 91
Plong copot 3 November 1579, Sultan Baabullah menerima kunjungan bermula penjelajah Inggris Francis Drake, yang kala itu sedang mengusung sebuah ekspedisi pelayaran keliling dunia (ekspedisi keliling bumi kedua nan berhasil diselesaikan pasca- Ekspedisi Magellan-Elcano). Drake melukiskan Baabullah sebagai lanang yang “berperawakan tinggi, sangat gemuk dan kuat, dengan wajah nan terikut baik hati dan layaknya bangsawan”.[40]
Baabullah memufakati tamunya dengan gembira, merentang armada Drake untuk memegang mereka di sana. Sang paduka menyatakan pertemanan abadinya dengan Ratu Elizabeth, dengan maksud untuk mengajak serta Inggris privat perseteruan mengembalikan Portugis.[41]
Drake sendiri memang sengaja mengidas beristirahat di Ternate karena mengarifi bahwa Ternate merupakan antiwirawan Portugis.[42]
Meski begitu, Drake menahan diri semenjak menyanggupi ajakan Baabullah untuk menyerbu orang-orang Portugis yang kini menetap di Tidore.[43]
Setelah perbincangan babak purwa berparak, Baabullah mengirimkan hidangan berlambak buat Drake dan para awaknya di kapal. Saji yang disajikan mencangam nasi, ayam jago, tebu, sirop, buah-buahan, dan sagu. Drake merasa tercantol dengan Baabullah, dan menggambarkannya bak figur yang naik daun di kalangan rakyatnya.[44]
Namun, sira tidak berhasil menegosiasikan peruntungan dagang eksklusif bagi Inggris karena penolakannya atas permintaan Baabullah bakal membantu Ternate mencerca Portugis. Sumber Spanyol justru menyatakan bahwa sempat terjadi cekcok antara dirinya dan Baabullah, sebab ia menolak bikin mengupah bea ekspor sebesar 10% yang telah ditetapkan makanya Sultan buat hasil bumi Ternate. Kedua pihak hijau damai setelah Drake mengirimkan sejumlah hidayah buat Pangeran dan berjanji akan memberikan bantuan persenjataan bagi Ternate.[45]
Drake kembali bersegera meninggalkan Ternate puas tanggal 9 November dengan sejumlah boncel cengkeh berkualitas tinggi, dan melanjutkan perjalanan melewati Sulawesi, Barativa (kemungkinan di Nusa Tenggara Timur?) dan Jawa.[46]
[44]
Masa keemasan Ternate
[sunting
|
sunting sumber]
Sehabis kepergian Portugis, Sultan Baabullah mencuil alih São João Baptista dan memanfaatkannya sebagai benteng kontan istana kediamannya. Ia merenovasi serta memperkuat pertahanan benteng tersebut dan mengganti namanya menjadi Gammalamo. Di radiks penjagaan Baabullah, kapal-kapal dagang pecah Melaka diperbolehkan singgah di Ternate setiap tahunnya, untuk memastikan bahwa revolusi kulak dengan kawasan sekitar serta Eropa tetap berlangsung dengan baik. Doang saja, milik-prioritas kini ditiadakan, sehingga pedagang Barat diperlakukan serupa pengembara berasal daerah lainnya dan mendapatkan sensor yang ketat. Sultan Baabullah bahkan mengeluarkan kanun yang mengharuskan setiap orang Eropa yang singgah ke Ternate untuk menyingkirkan ketopong dan sepatu mereka, bak pengingat sebaiknya mereka tahu diri dan menjaga sikap.[47]
Sultan Baabullah merawat dan merintis jejaring persemakmuran dengan penguasa-penguasa dan negeri-provinsi lain di Nusantara. Mukmin Jawa dari kewedanan-negeri
pasisir
(pantai utara) Jawa menjadi sekutu penting Ternate.[48]
Beberapa misi dikirimkan kepada wilayah-wilayah yang diklaim oleh Ternate untuk menuntut loyalitas mereka kepada kebijakan-kebijakan Kanjeng sultan. Pada tahun 1580 Baabullah disebut memandu sebuah ekspedisi pelayaran segara-besaran (hongi) nan mengunjungi sejumlah panggung di Sulawesi. Si sultan sempat pula singgah ke Makassar dan berbenturan dengan raja Gowa, Tunijalloʼ. Kedua penguasa ini mengeluh perjanjian persekutuan. Kemudian, Baabullah mengajak Tunijalloʼ untuk masuk Islam, tetapi Tunijalloʼ memerosokkan permintaan tersebut secara halus. Lamun begitu, sebagai cap pertemanan, Baabullah menawarkan untuk membantu renovasi Benteng Somba Opu di rantau timur Gowa. Setelah beranjak mulai sejak Gowa, barisan Ternate menundukkan wilayah Selayar di selatan Sulawesi.[49]
Di radiks kepemimpinan Baabullah, Kesultanan Ternate menggapai masa jayanya. Afiliasi dari pengaruh sosiopolitik agama Selam, imbas dari keberadaan Portugis (yang sebelumnya menyuplai persenjataan serta memerosokkan penyeragaman pertanian cengkeh demi daya guna), serta harga cengkeh yang semakin melonjak, memperkencang dan memperluas cengkeraman Ternate atas sagur penggalasan rempah.[50]
Pada semula hari pemerintahannya, Sultan mengirimkan armada untuk menaklukan Buru, Seram, dan sebagian daerah Ambon. Plong ekspedisi tahun 1580 negeri-negeri di Sulawesi Paksina kembali ditaklukkan. Tradisi setempat menyebutkan bahwa Ternate menggabungkan kebijakan intrusi atas persaingan pengaturan internal dan politik perkawinan bakal mendapatkan pengaruh. Raja Humonggilu mulai sejak Limboto, misalnya, meminta bantuan Ternate bakal mengalahkan saingannya, Prabu Pongoliwu dari Gorontalo. Humonggilu sangat menikahi adik Baabullah, Jou Mumin.[51]
Temporer, saudari dari raja yang dikalahkan dibawa ke Ternate bagi dinikahkan dengan seorang bangsawan. Baabullah koteng dsiebut-sebut mengawini seorang perawan mulai sejak Teluk Tomini bernama Owutango, yang punya peran terdepan dalam penyebaran agama Islam di daerah tersebut.[52]
Kerumahtanggaan ekspedisi yang sama, wilayah Banggai, Tobungku (keduanya di Sulawesi Timur), Tiworo (Sulawesi Tenggara) dan Buton juga merosot ke privat kuasa Kanjeng sultan.[53]
Pengaruh Ternate bahkan menjejak Solor, yang menjadi gerbang bagi perbisnisan cendana di Timor,[54]
serta Kepulauan Banda arena pelaksana pala.[55]
Benteng Gammalamo yang sempat dijadikan kediaman Baabullah, sebagaimana digambarkan dalam sebuah sketsa semenjak tahun 1607. Struktur tulen pertahanan fertil di kiri bawah.
Daftar distrik jajahan Ternate yang disusun oleh perigi Spanyol lega sekitar tahun 1590 juga menyebut Mindanao, Kepulauan Papua (Kanjeng sultan Ampat) serta Bima dan Kore di Sumbawa, biarpun sepertinya wilayah-provinsi ini tidak terlalu kasmaran dengan Ternate.[56]
Meski kawasan-negeri yang jauh berbunga Ternate tetapi merupakan negara pembayar upeti yang lumayan merdeka, banyak kembali wilayah yang diperintah makanya konsul (bergelar
sangaji) nan ditunjuk sambil maka dari itu Pangeran. Karena luas kewedanan kekuasaannya, Baabullah sekali lagi dijuluki misal “Penguasa 72 Pulau”, sebagaimana dicatat oleh sejarawan dan ahli geografi Belanda François Valentijn (1724).[57]
Pada sekarang, Ternate merupakan negara terkuat dan termakmur di daerah timur Nusantara.[58]
Menurut mata air-perigi Spanyol, Baabullah bahkan memiliki kekuatan untuk memanggil 2.000
kora-kora
dan 133.300 bala bersumber Sulawesi hingga Papua di dasar panjinya.[59]
Hubungan dengan wilayah lain
[sunting
|
sunting sumber]
Ternate di radiks Baabullah bukan sepenuhnya minus lawan. Sultan Tidore, Gapi Baguna, mendukung Baabullah melawan Portugis bakal mengembalikan pembunuhan Khairun, tetapi begitu perang usai, Ternate dan Tidore sekali lagi bermusuhan.[37]
Gapi Baguna berlayar menuju Ambon pada perian 1576 bikin merundingkan persekutuan strategis dengan Portugis. Dalam pertualangan pulang dia dijebak oleh sebuah armada Ternate dan tertangkap, tetapi engkau berhasil dibebaskan melangkaui penyerangan yang dilakukan oleh kerabatnya,
Kaicili
Salama.[60]
[61]
Pada perian 1578, Gapi Baguna mengizinkan Portugis membangun benteng di Tidore, dengan harapan agar perdagangan rempah beralih ke sana dan seyogiannya Portugis menerimakan sokongan militer bikin menghadapi Ternate. Selepas penyatuan Portugal dengan Spanyol menjadi Embak Iberia pada hari 1581, bala dari daerah jajahan Spanyol di Filipina dikirimkan bakal menguatkan posisi Iberia di Maluku. Sepasukan barisan Spanyol menjejak Tidore pada tahun 1582, dan berusaha bagi melemahkan Baabullah melewati penyerangan ke Ternate. Akan tetapi, sebuah wabah yang terjadi rekata itu berdampak parah sreg pasukan Spanyol hingga mereka harus pulang pun ke Manila dengan tangan kosong.[62]
Baabullah melanjutkan kebijakan ayahnya yang menangkap kawin dengan negeri-negeri Mukminat dari barang apa penjuru. Pada periode selingkung tahun 1570 terjadi serbuan serentak terhadap provinsi jajahan Portugis makanya negeri-negeri Muslim di India Daksina dan Aceh dengan dukungan Utsmaniyah, yang mungkin saja berkaitan dengan upaya perlawanan yang dilakukan maka itu Baabullah.[63]
Doang di Maluku penyerangan ini berhasil; seluruh serbuan di Osean Hindia berbuah dipatahkan oleh Portugis dan berparak dengan kekalahan bagi negeri-negeri Muslim.[64]
Baabullah mengirim
Kaicili
Naik ke Lisbon laksana utusan kepada Felipe II, Yamtuan Spanyol dan Portugal, cak bagi menuntut hukuman bagi mereka nan terlibat n domestik genosida Sultan Khairun. (Pimentel, pegiat penting pembunuhan, sebetulnya sudah terbunuh dalam sebuah insiden di Jawa[65]). Perundingan di Lisbon bererak sonder kepastian; hanya sahaja, tujuan utama perjalanan utusan ini merupakan lakukan bermuslihat dan menjalin persekutuan dengan negeri-negeri Mukmin di sejauh jalan, termasuk Brunei, Aceh dan Sunda (Banten?). Ketika
Kaicili
Mendaki sampai pun ke Ternate setelah misi nan sukses ini, Baabullah sudah lalu berputih.[66]
Selama pemerintahannya, musafir-pendatang berbunga negeri Muslim yang jauh sebagai halnya Turki Utsmani luang singgah di istana, dan Portugis mencatat adanya kontak erat antara Ternate dan tokoh-tokoh Muslim dari Aceh, Persil Melayu, dan terlebih Mekkah. Orang-insan Jawa dari Jepara dan negara bandar lainnya juga kondusif Ternate secara militer melewati Ambon. Kepergian Portugis dan prolog kembali persinggahan Ternate bagi perdagangan bebas membangkitkan jongkong-jalur dagang lama nan mempertalikan kewedanan-wilayah Asia sejak abad ke-15, beserta perkariban budaya dan agama yang dibawa melaluinya. Penyebaran Islam sendiri mengalami kejayaan pesat pada zaman Baabullah, sebagian alasannya kemungkinan sebagai respons terhadap penyebaran agama Kristen.[67]
Kematian dan penerus
[sunting
|
sunting sumber]
Sultan Baabullah mangkat sreg bulan Juli masa 1583.[68]
Terdapat versi yang berbeda-beda akan halnya penyebab dan bekas kematiannya. Menurut sebuah riwayat mencurigakan yang unjuk jauh di besok (catatan François Valentijn, 1724), ia diperangkap oleh Portugis dalam kapal mereka dan dibawa ke Goa, namun meninggal di pelawatan. Riwayat-riwayat lainnya menyatakan bahwa engkau dibunuh detik berkecukupan di kediamannya, entah menerobos racun alias sihir.[69]
Penerus Baabullah laksana Sinuhun adalah putranya Said Barakati (memerintah 1583-1606) alih-alih saudaranya Mandar, sungguhpun ibunda Mandar memiliki martabat yang kian tinggi. Baabullah secara khusus meminta saudaranya yang tak,
Kaicili
Tulo, untuk membantu Said bagaikan sultan. Sultan Said meneruskan upaya perlagaan terhadap Portugis dan Spanyol dan terus menjalin gabungan dengan daerah-kewedanan lainnya.[70]
Rujukan
[sunting
|
sunting perigi]
-
^
Robert Cribb (2000)
Historical peta of Indonesia. Richmond: Curzon, p. 103. -
^
van Fraassen (1987), Vol. I, hlm. 47. -
^
Tiele (1877–1887), Bagian II:5, hlm. 39. -
^
Naïdah (1878) “Geschiedenis van Ternate”,
Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde, 4:1, p. 441.[1] -
^
a
b
van Fraassen (1987), Vol. II, hlm. 16. -
^
Naidah (1878), hlm. 411, 449. -
^
Jacobs (1974), hlm. 239. -
^
Cf. Hubert Jacobs (1971)
A treatise on the Moluccas (c. 1544). Rome: Jesuit Historical Institute, p. 123. -
^
A.B. de Sá (1956)
Documentação para a história das missões Padroado portugues do Oriente, Vol. IV. Lisboa: Agencia Geral do Ultramar, p. 185. -
^
Annabel Teh Gallop (2019)
Malay seals from the Islamic world of Southeast Asia. Singapore: NUS Press, Nos 1836-1837. -
^
Jacobs (1974), hlm. 61. -
^
van Fraassen (1987), Vol. II, hlm. 16–17. -
^
Andaya (1993), hlm. 117. -
^
Andaya (1993), hlm. 122. -
^
Tiele (1877–1887), Bagian IV:1, hlm. 399–400. -
^
Tiele (1877–1887), Bagian IV:1, hlm. 405. -
^
Jacobs (1974), hlm. 12. -
^
Tiele (1877–1887), Bagian IV:3, hlm. 418–420; Putaran IV:5, hlm. 440. -
^
Tiele (1877–1887), Putaran IV:5, hlm. 438. -
^
Jacobs (1974), hlm. 624. -
^
Tiele (1877–1887), Bagian IV:4, hlm. 441–443. -
^
Hanna & Alwi (1990), hlm. 86–87. -
^
Hanna & Alwi (1990), hlm. 87. -
^
Bartholomew Leonardo de Argensola (1708)
The Discovery and Conquest of the Molucco and Philippine Islands. London, p. 54.[2] -
^
van Fraassen (1987), Vol. I, hlm. 40. -
^
a
b
Andaya (1993), hlm. 132. -
^
Bartholomew Leonardo de Argensola (1708), p. 55.[3] -
^
Diogo do Couto (1777)
Da Asia, Decada VIII. Lisboa : Na Regia officina typografica, p. 269-70.[4] -
^
François Valentijn (1724)
Oud en Nieuw Oost-Indien, Vol. I. Amsterdam: Onder de Linden, p. 144.[5] -
^
Hanna & Alwi (1990), hlm. 88–91. -
^
A.B. de Sá (1956)
Documentação para a história das missões Padroado portugues do Oriente, Vol. IV. Lisboa: Agencia Geral do Ultramar, p. 210. -
^
Gerrit Knaap (2004)
Kruidnagelen en Christenen: De VOC en de bevolking van Ambon 1656-1696. Leiden: KITLV Press, p. 17-9. -
^
A.B. de Sá (1956), p. 331, 396-7. -
^
Jacobs (1974), hlm. 691. -
^
Georgius Everhardus Rumphius (1910) “De Ambonsche historie”,
Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde, 64, p. 18-9.[6] Uber later fell under Tidore’s suzerainty for a while; see Hubert Jacobs (1980)
Documenta Malucensia, Vol. II. Rome: Jesuit Historical Institute, p. 22;
-
^
Hanna & Alwi (1990), hlm. 92. -
^
a
b
c
d
Andaya (1993), hlm. 133. -
^
Tiele (1877–1887), Episode IV:6, hlm. 455–456. -
^
Arend van Roever (2002)
De jacht op sandelhout: De VOC en de tweedeling van Timor in de zeventiende eeuw. Zutphen: Walburg Pers. -
^
Hanna & Alwi (1990), hlm. 98. -
^
Hanna & Alwi (1990), hlm. 95–96. -
^
Lessa (1984), hlm. 70. -
^
A.E.W. Mason (1943)
The life of Francis Drake. London: Readers Union, p. 157.[7] -
^
a
b
Hanna & Alwi (1990), hlm. 102. -
^
Lessa (1984), hlm. 73. -
^
Lessa (1984), hlm. 73–75. -
^
Hanna & Alwi (1990), hlm. 94. -
^
Jacobs (1980), Vol. II, hlm. 12. -
^
François Valentijn (1724)
Oud en Nieuw Oost-Indien, Vol. I. Amsterdam: Onder den Linden, p. 207-8.[8] -
^
Lieberman (2009), hlm. 853–854. -
^
Liputo (1949), Vol. XI, hlm. 40. -
^
Liputo (1950), Vol. XII, hlm. 23, 26–7. -
^
Andaya 1993, hlm. 134. -
^
Arend de Roever (2002)
De jacht op sandelhout; De VOC en de tweedeling van Timor in de zeventiende eeuw. Zutphen: Walburg Pers, p. 72. -
^
Peter Lape
Contact and conflict in the Banda Islands, Eastern Indonesia, 11th-17th centuries. PhD thesis, Brown University, p. 64. -
^
Tiele (1877–1887), Babak V:1, hlm. 161–162. -
^
François Valentijn (1724)
Oud en Nieuw Oost-Indien, Vol. I. Amsterdam: Onder de Linden, p. 208.[9]; similarly denominated in Bartholomew Leonardo de Argensola (1708), p. 55.[10] -
^
Andaya (1993), hlm. 136. -
^
Tiele (1877–1887), Bagian V:1, hlm. 161–162. -
^
Jacobs (1974), hlm. 703–704. -
^
de Sá (1956), hlm. 354–356. -
^
Tiele (1877–1887), Bagian V:3, hlm. 179. -
^
Anthony Reid (2006) “The pre-modern sultanate’s view of its place in the world”, in Anthony Reid (ed.),
Veranda of violence; The background to the Aceh problem. Singapore: Singapore University Press, p. 57. -
^
C.R. Boxer (1969)
The Portuguese seaborne empire. London: Hutchinson, p. 39-65. -
^
Jacobs (1980), hlm. 72. -
^
Tiele (1877–1887), Bagian V:4, hlm. 199. -
^
Andaya (1993), hlm. 134–139. -
^
Tiele (1877–1887), Bagian V:3, hlm. 180. -
^
Hanna & Alwi (1990), hlm. 106. -
^
Andaya (1993), hlm. 137–140.
Daftar pustaka
[sunting
|
sunting sumber]
-
Andaya, Leonard (1993).
The world of Maluku. Honolulu: University of Hawai’i Press.
-
van Fraassen, Christiaan F. (1987).
Ternate, de Molukken en de Indonesische Archipel : van soa-organisatie en vierdeling : een studie van traditionele samenleving en cultuur in Indonesië
(Disertasi doktor). Leiden: Universiteit Leiden.
-
Hanna, Willard A.; Alwi, Des (1990).
Turbulent times past in Ternate and Tidore. Banda Naira: Yayasan Peninggalan dan Budaya Banda Naira.
-
Lessa, William A. (1984). “Drake in the South Seas”. Privat Norman J. W. Thrower.
Sir Francis Drake and the Famous Voyage, 1577-1580: Essays Commemorating the Quadricentennial of Drake’s Circumnavigation of the Earth. Berkeley: University of California Press. ISBN 9780520048768.
-
Liputo, M. H. (1949).
Sedjarah Gorontalo Doea Lima Pohalaa.
11. Gorontalo: Pertjetakan Rakjat.
-
Liputo, M. H. (1950).
Sedjarah Gorontalo Doea Lima Pohalaa.
12. Gorontalo: Pertjetakan Rakjat.
-
Jacobs, Hubert (1974).
Documenta Malucensia.
1. Rome: Jesuit Historical Institute.
-
Jacobs, Hubert (1980).
Documenta Malucensia.
2. Rome: Jesuit Historical Institute.
-
Naidah (1878). Diterjemahkan oleh P. van der Crab. “Geschiedenis van Ternate, in Ternataanschen en Maleischen Tekst Beschreven door den Ternataan Naidah met Vertaling en Aanteekeningen”.
Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde.
26: 381–493.
-
Tiele, Pieter Anton (1877–1887). “De Europëers in den Maleischen Archipel”.
Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde.
25: 321–420 (Adegan I);
27: 1–69 (Bagian II);
28: 261–340 (Bagian III), 395–482 (Bagian IV);
29: 153–214 (Bagian V);
30: 141–242 (Putaran VI);
32: 49–118 (Bagian VII);
35: 257–355 (Bagian VIII);
36: 199–307 (Episode IX).
Bacaan lanjutan
[sunting
|
sunting sendang]
- M. Adnan Amal,
“Maluku Utara, Perjalanan Sejarah 1250 – 1800 Jilid I”, Universitas Khairun Ternate 2002.
Sultan Ternate Yang Berhasil Mengusir Portugis Dari Maluku Adalah
Source: https://id.wikipedia.org/wiki/Baabullah