“Validitas dan ki kenangan” itulah yang dicari oleh Kinanti akan hamba allah ayahnya. Dalam Preman Purnakarya penggalan  ke-25 dan 26,  tabir masa lalu Kang Bahar terkuak lewat takrif yang didapat dari Kang Mus dan Kang Bagja (sahabat masa mungil Kang Bahar). Bagi Kinanti, sosok ayahnya adalah anak adam minimum erat sekaligus orang paling asing yang ada dalam kehidupannya. Untuk itulah, Kinanti berusaha mengenal selanjutnya akan individu ayahnya melalui hamba allah-orang yang dekat dengan ayahnya tersebut.

Dalam obrolan dengan Kang Mus di Terminal, Kang Mus menceritakan pada Kinanti akan sumber akar muasal Kang Bahar bisa ki angkat di marcapada pengacau di Bandung. Ajang nan pertama dikuasai Kang Bahar adalah di terminal. Kang Bahar lalu merantau mulai sejak Garut ke Bandung. Kehidupan ekonomi batih Kang Bahar nan membuat
gegedug
preman tersebut memintal merantau ke Bandung.

Pengelanaan Anak Buruh Bertanam Miskin ke Bandung

Melalui penuturan Kang Mus, ayah Kinanti tersebut dulu hanya anak peladang miskin di sebuah kampung di Garut. Orangtuanya hanyalaha kuli tani yang hidupnya musykil. Di umur yang masih habis belia, Kang Bahar  pergi ke Bandung bakal mencari pengidupan. Engkau tidak tahu mau jadi apa. Hinga akhirnya, Kang Bahar pun menjadi pandai niaga asong. Engkau berwarung tahu sumedang, leupeut, dan telor asin. Di perdua jualan nan untungnya minim tersebut, Kang Bahar mencoba terus berusaha dibarengi sikap panjang usus.

Baca :   Cara Pasang Booster Tv

Tetapi, kesabaran Kang Bahar terusik tatkala muncul masalah dimana anda harus membauar “pajak” ke orang-orang yang diterminal disebut: preman. Untuk Kang Bahar, ada ketidakadilah di sana ketika para perusuh menarik urunan secara momentum. Sebatas pada satu hari tahun cak semau yang menarik pajak, preman itu pun dilawan oleh Kang Bahar. Maka, insan Kang Bahar pun menjadi musuh terdepan para teroris.

Kang Bahar lagi diuber oleh semua teman-pasangan sang preman. Hingga, terjadilah perkelahian Kang Bahar menyuguhkan terjangan lebih dari dasa preman. Kang Bahar enggak gentar, ia meladeni pertarungan dengan semua preman tersebut dan para banci berhasil dihajarnya satu tiap-tiap suatu. Kekalahan kelompok pengacau penguasa terminal sekali lagi runtuh dan akhirnya Kang Bahar menggantikan posisi menjadi penguasa bau kencur di halte.

Hipotetis Kekuasaan Preman yang Membagi Keuntungan

Bagaikan pemegang tampuk otoritas di terminal, Kang Bahar tak cak hendak mengulangi eksemplar penguasa sebelumnya nan hanya ingin untung sahaja. Engkau paham susanhnya jadi orang susah. Maka, Kang Bahar tidak mau susahnya dulu makara susahnya orang lain waktu kini engkau berkuasa. Maka, apa nan dilakoni Kang Bahar tersebut, ia menyebutnya “kulak”. Ia juga menerapkan ordinansi: semua orang harus diuntungkan. Pedagang teristiadat bayar iuran tapi berhak dapat jaminan keamanan. Inilah mode yuridiksi Kang Bahar dimana enggak dapat cak semau pihak yang terganggu atau merasa dirugikan. Misalnya, walaupun penyetir-sopir ditarik iuran tapi si pengemudi dibantu bikin boleh penumpang.

Narasi penjelajahan Kang Bahar makara kepala bacul di Bandung didapat pula informasinya dari Kang Bagja. Kinanti sengaja mendatangi Kang Bagja, sahabat Kang Bahar waktu kecil di Garut. Kang Bahar dan kang Bagja biasa bareng ngaji dan silat ketika menjalani masa katai di Garut. Hinga suatu hari, Kang Bahar pun berencana melanjutkan lektur di Bandung. Ia berangkat bersama dengan Kang Bahar dari Garut ke Bandung. Hingga keduanya kesannya melembarkan karier masing-masing detik sebatas di terminal.

Baca :   Model Cincin 24 Karat

Kang Bagja kemudian menjalani kuliah di Bandung. Sementara Kang Bahar menjadi penguasa di setopan, seperti segala apa nan diceritakan Kang Mus di atas. Menurut penuturan Kang Bagja, meskipun dia dan Kang Bahr sebabat-sama tinggal di Bandung, hanya keduanya potol komunikasi. Kang Bagja akibatnya tahu alasan Kang Bahar tidak mau berkomunikasi dengannya. Kang Bahar malu jika berjumpa dengan Kang Bagja karena apa yang dijalaninya di Bandung sebagai banci.

Didikan Preman yang Melembarkan Purnabakti

Bagi Kang Bagja koteng, segala yang dipilih Kang Bahar karena suka-suka parasan belakang khas. Menurut Kang Bagja, sahabatnya itu hanyalah seorang lelaki yang berusaha memperjuangkan nasib dan keluarganya. Dalam perjalanan hidup Kang Bahar, ada sebuah pilihan yang kadang memang rumit untuk dimengerti sekiranya dipandang dalam rukyah jalan spirit yang ideal. Bagi Kang Bagja, apa yang dilakoni Kang Bahar selam hayat kadang sama begitu juga manusia lain dimana makhluk interelasi pelecok mengambil keputusan.

Dan Kang Bahar kritis akan resiko pilihan hidupnya. Hingga menjelang intiha hayatnya, Kang Bahar sekali lagi berusaha kerjakan mengubah arah hidupnya menjadi lebih baik. Sehingga, alhasil kamu kembali melembarkan untuk pensiun mudah-mudahan sira lebih fokus buat membenahi hidupnya sendiri, keluarganya, juga orang-cucu adam yang sejauh ini ada di bawah kekuasaan dirinya.

———–

Baca info-info wisatabdg.com lainnya di
GOOGLE NEWS